MI Parit Sepuluh Minim Meubeler
MUARASABAK – Kondisi bangunan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Parit Sepuluh Desa Pangkal Duri, Kecamatan Mendahara, cukup terawat. Hanya saja masih ada meja dan kursi yang mengisi ruangan belajar belum memuaskan. Padahal, kabarnya ruangan belajar tersebut baru dibangun dua tahun lalu.
Kepala MI Parit Sepuluh Ngatikah mengatakan telah mengajukan usulan pergantian meubeler tersebut. Namun, Ngatikah tidak bisa memastikan kapan akan terleasasi usulannya itu. Sebab pemerintah belum juga memberikan signal atas usulan tersebut, ‘’Kalau memang ada bantuan meubeler, tentunya dapat dimanfaatkan siswa. Meja dan kursi yang ada saat ini sudah banyak yang rusak,’’ terangnya kepada Harian ini kemarin (5/12).
Meski meubeler hanya alakadar, tidak membuat siswa MI Parit Sepuluh mengeluh. Sebaliknya mereka tambah giat belajar dan terus memanfaatkan meja dan kursi yang telah usang itu, ‘’Terpaksa menggunakan meja dan kursi apa adanya. Kalau tidak dipakai, bisa terganggu proses belajar. Masak siswa harus belajar di lantai,’’ kata Ngatikah.
Dia mengatakan, dari tiga ruangan belajar yang baru dibangun hanya satu ruangan yang sama sekali belum ada meubeler, ‘’Kita memiliki tujuh ruang kelas. Tapi, meja dan kursi masih serba kekurangan. Begitu juga dengan sarana lainnya seperti lemari,’’ bebernya.
Untuk diketahui MI Parit Sepuluh sudah lama berdiri dan mempunyai 105 siswa. Sedangkan gurunya berjumlah 8 orang. Namun sebagian besarnya masih berstatus guru honor. Sebab MI ini masih berstatus swasta.
Menurut Ngatikah, untuk mendapatkan guru PNS sangat sulit. Kebanyakan mereka tidak betah lantaran jarak tempuh cukup jauh, ‘’Kita sudah pernah mendatangkan guru PNS. Hanya saja tiga hari kemudian guru tersebut hengkang. Dia mengaku tidak betah,’’ jelasnya.
Selain masalah meubeler, Ngatikah juga berharap ada pembangunan rumah dinas guru. Alasan rumah dinas belum ada, ‘’Kalau bisa dengan rumah dinas langsung. Ya, untuk memberikan kemudahan bagi tenaga pendidik, terutama guru pendatang,’’ pungkasnya.
Ketua Komite MI Parit Sepuluh Sangidum membenarkan adanya ruanga belajar yang masih kekurangan meubeler, ‘’Ada sih, tapi kondisi meja dan kursinya sudah tidak memadai. Banyak yang rusak,’’ katanya.
Sangidum berharap kepada pemerintah, terutama Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tanjabtim agar dapat merespon keluhan MI Parit Sepuluh sehingga proses belajar dan mengajar bisa berjalan mulus.
Kepala MI Parit Sepuluh Ngatikah mengatakan telah mengajukan usulan pergantian meubeler tersebut. Namun, Ngatikah tidak bisa memastikan kapan akan terleasasi usulannya itu. Sebab pemerintah belum juga memberikan signal atas usulan tersebut, ‘’Kalau memang ada bantuan meubeler, tentunya dapat dimanfaatkan siswa. Meja dan kursi yang ada saat ini sudah banyak yang rusak,’’ terangnya kepada Harian ini kemarin (5/12).
Meski meubeler hanya alakadar, tidak membuat siswa MI Parit Sepuluh mengeluh. Sebaliknya mereka tambah giat belajar dan terus memanfaatkan meja dan kursi yang telah usang itu, ‘’Terpaksa menggunakan meja dan kursi apa adanya. Kalau tidak dipakai, bisa terganggu proses belajar. Masak siswa harus belajar di lantai,’’ kata Ngatikah.
Dia mengatakan, dari tiga ruangan belajar yang baru dibangun hanya satu ruangan yang sama sekali belum ada meubeler, ‘’Kita memiliki tujuh ruang kelas. Tapi, meja dan kursi masih serba kekurangan. Begitu juga dengan sarana lainnya seperti lemari,’’ bebernya.
Untuk diketahui MI Parit Sepuluh sudah lama berdiri dan mempunyai 105 siswa. Sedangkan gurunya berjumlah 8 orang. Namun sebagian besarnya masih berstatus guru honor. Sebab MI ini masih berstatus swasta.
Menurut Ngatikah, untuk mendapatkan guru PNS sangat sulit. Kebanyakan mereka tidak betah lantaran jarak tempuh cukup jauh, ‘’Kita sudah pernah mendatangkan guru PNS. Hanya saja tiga hari kemudian guru tersebut hengkang. Dia mengaku tidak betah,’’ jelasnya.
Selain masalah meubeler, Ngatikah juga berharap ada pembangunan rumah dinas guru. Alasan rumah dinas belum ada, ‘’Kalau bisa dengan rumah dinas langsung. Ya, untuk memberikan kemudahan bagi tenaga pendidik, terutama guru pendatang,’’ pungkasnya.
Ketua Komite MI Parit Sepuluh Sangidum membenarkan adanya ruanga belajar yang masih kekurangan meubeler, ‘’Ada sih, tapi kondisi meja dan kursinya sudah tidak memadai. Banyak yang rusak,’’ katanya.
Sangidum berharap kepada pemerintah, terutama Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tanjabtim agar dapat merespon keluhan MI Parit Sepuluh sehingga proses belajar dan mengajar bisa berjalan mulus.