Guru Matematika Sepenuh Jiwa
Oleh: M.
Syukron, S.Pd.Si*
Seorang tokoh spiritual negeri ini pernah berpetuah, “Jadilah
guru seutuhnya. Tak cukup hanya mengajar dan selesailah tugasnya. Guru
sebenarnya adalah guru yang muridnya senantiasa berada dalam ingatan dan
pikirannya, hadir dalam doanya dan terkenang selalu serta merasa ikut
bertanggungjawab atas nasib murid-muridnya.”
Totalitas dan Keikhlasan
Totalitas dan keikhlasan, inilah kata kunci yang melandasi
pernyataan Tuan Guru di atas. Jika dua prinsip itu telah hadir dalam jiwa
seorang guru, maka masa depan pendidikan negeri ini tentu akan lebih baik. Tak
menjadi masalah bagi siswa akan kondisi sekolah, pendidikan guru, fasilitas
yang ada, bahkan mata pelajaran sesulit apapun tak menjadi soal, misalnya mata
pelajaran matematika yang selama ini selalu menjadi momok bagi kebanyakan
siswa.
Jika bicara tentang matematika, saking mengerikannya, ada yang
menganalogikan guru matematika dengan lima landasan dalam hukum Islam, sehingga
menjadi lima kategori guru matematika. Pertama, guru wajib, yakni guru yang kehadirannya sangat dirindu dan
dibutuhkan siswa, dan ketiadaannya membuat mereka kehilangan. Ini adalah profil
guru matematika yang kompeten dalam mengajar, memberikan seluruh kemampuan dan
kasih sayangnya dalam mentransfer ilmu, dan melengkapi perangkat serta
administrasi pembelajarannya sesuai standar pendidikan, sehingga pengajarannya
berlangsung efektif dan menyenangkan. Tipe guru ini berjuang tanpa pamrih, selalu
melakukan inovasi pembelajaran yang membuat belajar matematika terasa menyenangkan,
dan satu-satunya impiannya adalah melihat siswanya berhasil dan memberi manfaat
bagi masyarakat. Inilah tipe guru matematika harapan.
Kategori kedua adalah guru
sunnah, yakni guru matematika yang kehadirannya diharapkan para siswa,
namun saat ia tidak ada tak berpengaruh apapun bagi siswa. Guru ini memang
bagus dalam mengajar, memenuhi standar dalam pembelajaran dan perangkat
administrasinya, namun kurang keikhlasannya dalam mentransfer ilmu, sehingga
jika ada sedikit saja hambatan dan rintangan, baik itu dalam proses
pembelajaran ataupun dalam keluarga dan lingkungannya, ia dengan gampangnya
meninggalkan kewajibannya sebagai seorang guru. Hal inipun memberikan image
negatif bagi siswa, sehingga lama-lama merasa tak terlalu merasakan ikatan batin
yang kuat dengan sang guru matematika. Ada juga kategori guru mubah, yakni guru matematika yang ada atau tidaknya sama saja
bagi siswa. Guru ini tak berpengaruh apapun pada siswa, apakah dia mau hadir
untuk mengajar atau tidak, tak seorang siswa pun menanyakannya. Mengapa
demikian? Karena ia mengajar ala kadarnya saja, sekadar memenuhi kewajiban
sebagai seorang guru. Bahkan ia juga tak terlalu peduli apakah siswa memahami
atau tidak materi yang ia ajarkan. Baginya yang penting ia hadir dan mengisi
daftar hadir sehingga tak mendapat teguran dari kepala sekolah ataupun
pengawas.
Adalagi yang menyedihkan, yakni guru makruh, dimana kehadirannya sangat tidak diharapkan siswanya,
tapi jika tidak ada juga tidak memberi pengaruh apapun bagi siswa. Guru
matematika tipe ini mengajar dengan seenaknya saja, kadang masuk kadang tidak,
dan mengajar dengan cara-cara lama yang tidak kreatif dan membosankan. Ia tidak
disukai oleh siswa, dan jika tidak hadir tak seorang pun yang menanyakan
keberadaannya. Dan yang paling menyedihkan adalah guru haram, yakni guru matematika yang kedatangannya ke sekolah
untuk mengajar menjadi momok dan tak diharapkan siswa, dan jika ia tidak hadir,
bahagialah seluruh siswa di kelasnya. Ia tak Cuma mengajar dengan seenaknya,
tapi jika menerapkan hukuman yang tidak proporsional bagi siswa yang tak bisa
mengikuti pelajarannya. Ia akan marah besar jika melihat anak didiknya tidak
bisa mengerjakan soal yang ia anggap mudah, dan menyebut mereka bodoh. Ini
adalah tipe guru yang paling tidak layak untuk ditiru dan membuat siswa sangat
membenci matematika, bahkan kadang-kadang kebencian siswa berlanjut meskipun
bukan guru itu lagi yang mengajar matematika.
Jadi, tampaknya tipe guru wajib-lah yang bisa memberikan angin
segar bagi pembelajaran matematika yang menyenangkan dan nyaman dipelajari
siswa. Guru wajib berusaha membuat matematika menjadi sebuah pelajaran yang
asyik, penuh tantangan dan tak membuat jera, justru menjadikan siswa ketagihan.
Guru wajib memenuhi segala kriteria yang ditetapkan pemerintah dalam Standar
Pendidikan yang telah ditetapkan, dan juga memenuhi keinginan siswa yang
menginginkan sebuah pembelajaran yang tidak membosankan, tapi justru
menimbulkan rasa ingin tahu dan petualangan pengetahuan yang seakan tak
berujung. Itulah guru idaman, itulah totalitas.
Totalitas itu akan semakin sempurna dengan dilengkapi
keikhlasan. Ya, keikhlasan menumbuhkan efek positif bagi guru dalam menyiapkan
pembelajaran, melakukan proses hingga evaluasi akhir sebuah pembelajaran
matematika. Guru akan merasakan kebahagiaan dan kepuasan dalam mengajar, dan
energi positif ini menyebar hingga merasuk ke relung jiwa siswa. Tak hanya di
kelas, ketika akhir pelajaran dan kembali ke rumah, asas keikhlasan yang hadir
dalam diri guru menumbuhkan kepedulian akan siswanya dalam kondisi yang tanpa
batas, sehingga guru tetap memikirkan keadaan siswa dimanapun dan kapanpun.
Saat shalat pun siswanya hadir dalam doa, dan saat bertemu di jalan sekalipun,
anak didiknya itu tak pelak ikut mendapat curahan kasih sayang dan perhatian,
termasuk menjaga dan mewanti-wanti murid-muridnya dari efek pergaulan bebas yang
berdampak negatif. Pendek kata, tipe guru ini memasukkan siswanya dalam tataran
insan yang harus ia perhatikan dan cintai, seperti ia mencintai keluarga, Rasul
dan Tuhannya. Inilah kriteria guru wajib nan diidam-idamkan akan menciptakan
generasi unggul penerus bangsa.
Belajar Sepanjang Masa
Berani mengajar berarti harus siap untuk senantiasa belajar.
Pesan bijak ini patut menjadi perhatian para guru matematika, sebab sebagaimana
ilmu pengetahuan lain, matematika senantiasa berkembang dan metode pembelajaran
juga mau tidak mau harus senantiasa bergerak aktif dan inovatif jika tak ingin
membuat siswa menjadi benci pada matematika. Kini kita telah memasuki era millenium,
dimana teknologi kian menarik dan memanjakan, dan mau tidak mau suatu
pembelajaran ilmu juga harus bisa menyaingi menariknya segala bentuk kesenangan
dan keasyikan yang diciptakan teknologi. Untuk itulah, para guru matematika
dituntut untuk senantiasa meluaskan wawasan dan ilmunya, dalam rangka
memberikan bimbingan maksimal untuk siswanya.
Setidaknya ada empat hal yang bisa dilakukan para guru dalam
upaya meningkatkan kompetensinya. Pertama,
latar belakang pendidikan keguruan matematika. Meskipun ini tidak mutlak,
namun dengan landasan pendidikan matematika yang kuat, guru akan lebih memiliki
pondasi kokoh dalam melaksanakan pembelajaran matematika di kelas. Namun jika
hal ini tak dapat dipenuhi, guru dapat menyiasatinya dengan berusaha senantiasa
belajar, seperti upaya-upaya yang akan kami kemukakan berikutnya. Kedua, guru dapat terus belajar melalui
buku-buku matematika terbaru, baik tentang pendalaman materi matematika maupun
pada teori pembelajarannya. Selain itu guru dapat menelusurinya dengan
memanfaatkan teknologi internet, dimana model-model pembelajaran terbaru
senantiada ada dan disebarluaskan di dunia maya.
Ketiga, guru dapat
memaksimalkan peran MGMP dalam rangka bertukar pikiran dan pengalaman dengan
guru dari sekolah lain. Apalagi MGMP merupakan kumpulan guru dalam lingkup
daerah, sehingga barangkali persoalannya tidak jauh berbeda antar guru,
sehingga dapat dicarikan solusi secara bersama-sama. Dan yang keempat, guru dapat berperan aktif
mengikuti diklat-diklat pembelajaran matematika, apalagi sekarang pemerintah
sedang giat-giatnya melaksanakan program peningkatan mutu guru-guru, termasuk
di dalamnya guru matematika, dalam program diklat yang dilaksanakan secara
lokal maupun nasional.
Yakinlah, bahwa usaha kita untuk mendidik dan memberikan yang
terbaik untuk siswa tidaklah akan sia-sia. Jangan khawatir akan masa depan guru
jika kita harus berjuang mati-matian untuk membuat siswa menyukai matematika.
Kini nasib guru bukanlah seperti Guru Umar Bakri dalam syair lagu Iwan Fals,
tapi pemerintah dari tahun ke tahun memiliki iktikad baik untuk terus berusaha
memberikan kesejahteraan yang layak melalui berbagai program. Dan yang lebih
penting, usaha kita dalam totalitas dan keikhlasan mengajar matematika, akan
mewujudkan impian kita-seperti lagu Mars PMRI (Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia)- agar siswa menyenangi
matematika. Saat itulah semua orang akan angkat topi pada guru matematika,
terutama para siswa.*
* M. Syukron,
S.Pd.Si, Guru Matematika, Kepala MTs Al-Ishlah Manunggal Makmur Kuala Jambi
Tanjab Timur, Artikel ini pernah dimuat di Jambi Ekspres, Rabu 18 Mei 2011.